Artikel
SEJARAH DESA
LEGENDA DAN SEJARAH DESA
- LEGENDA DESA
Melihat bukti peninggalan sejarah dan cerita para sesepuh tentang babad desa Tanjunganom,merupakan sumber penulisan Rupa bumi untuk memenuhi permintaan permintaan pemerintah atasan sehingga mengenal lebih dekat keberadaan serta asal usul desa sebagaimana dalam undang-undang tentang desa ( Desa berhak melindungi adapt istiadat dan mempertahankan kebudayaan yang ada di wilayahnya ) Desa Tanjunganom merupakan salah satu desa secara biografis terletak di perbatasan antara Kecamatan Rakit dan Kecamatan Purwonegoro Tepatnya adalah sebelah selatan berbatasan dengan sungai serayu dan kecamatan Purwonegoro,sebelah timur berbatasan dengan desa luwung dan sebelah utara berbatasan dengan desa lengkong. Sedangkan sebelah barat adalah berbatasan dengan desa kincang yang juga di daerah aliran sungai serayu. Luas desa Tanjunganom adalah 237,817 ha pada ktinggian 126 m dari permukaan laut, wilayah mayoritas datar, masyarakat berpenghasilan petani dan perikanan.
KISAH BERDIRINYA DESA TANJUNGANOM
Konon pada jaman kerajaan,wilayah ini merupakan sebuah daerah ungsian bagi para penduduk dan juga pejabat pemerintah, serta sebuah wilayah yang terdapat sebuah padepokan atau pertapaan ANGKAWIJAYA yaitu senopati Plongkowati yang punya peran penting terutama di padepokan tersebut. Sebagaimana padepokan tersebut memang sering di singgahi para pengikutnya yang percaya bahwa padepokan tersebut adalah benar-benar keramat, sedangkan nama Tanjunganom adalah merupakan petilasan angkawijaya yang artinya SATRIA MUDA Kalau menurut cerita mahabarata bahwa angkawijaya adalah putra dari arjuna yang juga seorang satria yang termasuk dalam kategori Pandawa Lima. Sehingga apabila di desa Tanjunganom ada pagelaran wayang kulit, maka di larang menggelar lakon Abimanyu Gugur, karena Abimanyu juga angkawijaya. Dulu pernah ada seorang dalang yang memaksakan kehendak yaitu lakon abimanyu gugur ternyata pagelaran tersebut tidak sampai selesai karena ada musibah/bencana makanya sampai sekarang sudah tidak lagi ada wayang kulit dengan lakon abimanyu gugur di Tanjunganom. Selain padepokan tersebut juga masih ada beberapa lagi tempat yang di anggap keramat sampai sekarang di antaranya adalah Punden Mbah ireng yang terletak di dukuh sengon tepatnya di grumbul ganda sari, yaitu merupakan suatu pemakaman seorang leluhur yang pada saat itu adalah ikut berjuang dalam mendirikan Desa Tanjunganom, kemudian selanjutnya adalah Kali Pancur yaitu sebuah Pemandian yang terletak di Dukuh Tanjunganom yang di sana terdapat pohon randu alas besar yang di anggap keramat sehingga sering ada orang yang semedi di tempat tersebut untuk merauh berkah, selamat dan lain-lain.
Di samping ada beberapa tempat yang di anggap keramat, Tanjunganom juga terdapat beberapa pedukuhan di wilayah Tanjunganom yaitu : Dukuh Gembok yang terletak di Kadus I dan di RT.001 RW 01, Dukuh Ganda sari yang terletak di sekitar pemakaman Mbah ireng yaitu di RT.005 Kadus I, Dukuh jati yaitu suatu dukuh yang terpecah aliran sungai BTW yang berbatasan dengan Desa Lengkong yaitu merupakan dukuh yang sangat terpencil dan pada saat itu dukuh yang sangat tertinggal karena keterbatasan pendidikan, Dukuh Tanjungsari yaitun suatu dukuh yang terletak di pinggiran kali pelas dan berbatasan dengan Desa luwung yang di huni oleh sekitar 35 Kepala Keluarga yang jalurnya sangat sulit pada saat itu karena harus lewat pematang sawah, tapi pada saat sekarang sudah ada jalan masuk yang cukup lumayan dan di perkeras dengan pengaspalan. Selain dukuh-dukuh tersebut masih ada satu lagi yaitu dukuh Jengkol yang etrletak di Kadus IV tepatnya di RT.006 RW 04 yaitu merupakan pedukuhan yang terapit oleh aliran atau bantaran sungai yaitu sungai pelas dan sungai serayu sehingga dukuh tersebut banyak sekali lereng atau perengan.
2. SEJARAH DESA
Sejarah Tanjunganom menjadi pemerintahan;
Pada jaman penjajahan Hindia Belanda bahwa kampung Tanjunganom merupakan daerah pengungsian yaitu para demang, para tumenggung yang pada saat itu memegang peranan.
- Ki lurah Uda singa ( Th 1862 – 1888 )
Ki lurah Uda singa adalah merupakan orang yang sangat berpengaruh dan sakti sehingga pada jaman penjajahan Hindia Belanda tidak bias masuk ke Kampung Tanjunganom di karenakan memang kewibawaan ki lurah uda singa yang memang bias ngayomi dan menanggulangi segala musibah atau masalah sehingga seluruh masyarakatnya sangat tunduk dan patuh di bawah pimpinan beliau. Untuk petilasan ki Uda singa yang sampai sekarang masih di rawat oleh para ahli waris dan garis keturunannya.
- Ki lurah Cadinala ( Th 1888 – 1899 )
Pada masa kepemimpinan lurah cadinala adalah pola kehidupan serta tatanan pemerintahan berubah yaitu dari ke setiaanan para warga masyarakat kepada tampuk pemerintahan menjadi agak berkurang, hal itu di karenakan keamsyarakatannya kurang dekat atau kurang supel sehingga terjadi beberapa masyarakat yang mbelelo atau mogok kepada lurah. Setelah terjadi hal yang demikian maka ki lurah cadinala bermaksud memecah klurahan tersebut menjadi 2 ( dua ) yaitu Tanjunganom di pegang atau di jabat oleh lurah Cadinala dan Tanjunganom barat ( Sengon) di pegang oleh Cadikrama atau Zakaria. Pemerintahan tersebut juga tidak berjalan lama setelah muncul seorang tokoh yang amat di segani oleh masyarakatnya sehingga berhasil menyatukan kembali dari dua tampuk pimpinan yaitu cadinala dan Cadikrama. Sehingga seorang tokoh tersebutlah yang akhirnya memegang tampuk pimpinan pemerintahan Desa Tanjunganom.
- Ki lurah Supena ( 1899 – 1939 )
Pada masa kejayaan tampuk pimpinan ki lurah supena,tanjunganom boleh di katakandesa yang sangat bagus baik itu pemerintahanya maupun hubungan dengan masyarakatnya sehingga sangat terjalin hubungan yang erat antara masyarakat dan pimpinanya. Begitu juga termasuk hubungan dengan atasanya yaitu sangat supel sehingga pada jaman penjajahan Belanda Tanjunganom sempat menjadi Persinggahan atau pengungsian Bapak Bupati Banjarnegara yaitu pada Jaman Bupati Kolopaking. Hal itu terjadi karena pendopo kadipaten pada saat itu sedang di serang oleh penjajah belanda sehingga pemerintah Kabupaten pada saat itu kocar-kacir, maka pada saat itulah Kolopaking mengungsi di Tanjunganom ada beberapa bulan. Setelah keadaan Kabupaten sudah aman kembali maka Bupati pun pulang kembali ke Kabupaten. Ki lurah supena adalah merupakan seorang jawara yang pilih tanding yaitu sakti dan berwibawa sehingga masyarakat sekitar pada segan,termasuk masyarakat di sekitar tanjunganom yaitu orang-orang adipasir, pingit kincang dan lain sebagainya banyak yang dating ke Tanjunganom bermaksud untuk ngalap ilmunya agar bisa seperti dirinya yaitu menjadi orang yang baik dan di hormati oleh warganya dan juga bisa melindungi masyarakatnya. Tempat persinggahnya sampai sekarang juga masih ada tetapi sekarang sudah berubah sedemikian rupa karena sudah berdiri beberapa rumah mukim sebagaimana gambar di bawah ini
- Ki lurah Mardiko ( Th 1939 – 1940 )
Sosok mardiko pada saat menjabat sebagai lurah di Tanjunganom terkenal seorang pemimpin yang tidak bisa membawa masyarakatnya ke dalam arah kebaikan atau kebajikan sehingga dalam waktu sekejap ki lurah Mardiko di Daulat oleh Masyarakatnya di karenakan tindakan atau perilakunya yang tidak baik bahkan galak kepada masyarakatnya,sehingga orang bilang katanya lurah mardiko hanya berjalan sepertinya umur rambut jagung, yang artinya dalam waktu yang sangat singkat kemudian di berhentikan.
- Ki lurah Wirya Sujana ( 1943 – 1973 )
Di masa pemerintahan Bapak Wirya sujana perkembangan kemajuan jaman mulai kelihatan hal itu terbukti dengan adanya kemajuan pembangunan Desa yang melibatkan semua lapisan masyarakat dengan pemerintah pusat maupun pemerintah Daerah. Ki lurah wirya sujanan adalah sosok pemimpin yang sangat di hormati dan di senangi oleh warganya karena kegigihanya dalam membawa desanya ke jenjang kemajuan jaman. Desa Tanjunganom pada jaman dulu adalah merupakan sebuah perkampungan yang sangat gelap dan lebat oleh tanaman-tanaman pohon kayu dan bambu kecil serta ganyongan, sehingga benar-benar merupakan daerah terisolir. Jalan Desa yang dulunya belum ada jembatan permanennya sejak pimpinan lurah wirya sujana mulai di bangun jembatan beton yang dananya adalah swadaya dari masyarakat terutama dari para kuli pemilik tanah yang ada di Tanjunganom. Dalam jalur jalan Desa itu sendiri terdapat delapan ( 8 ) buah jembatan yang pertama adalah jemabatan penghubung antar Desa yaitu jembatan Kali Pelas yang menghubungkan Desa Tanjunganom dengan Desa luwung, jembatan cor-coran ,jembatan menggalan, jembatan munisan , jembatan kubang , jembatan wringin , jembatan kali manggis dan jembatan BTW. Dari sekian banyak jembatan yang ada di Desa Tanjunganom bias tergarap atau terbangun di masa pemerintahan Bapak wirya sujana yang kurang lebih menjabat selama 30 tahun. Belum lagi bangunan – bangunan yang lain sepertinya bangunan irigasi yang di pergunakan untuk pertanian dan perikanan juga bias tergarap walaupun belum sebaik bangunan pada jaman sekarang. Di samping pembangunan fisik juga pembangunan non fisik seperti pendidikan,keagamaan dan lain sebagainya yang di kerjakan oleh pimpinan Bapak Wirya sujana. Dalam menjalankan tugas beliau juga sangat supel dengan pimpinan atasan di antaranya adalah dengan sisten ( Camat ) wedono atau Kawedanan dan juga Bupati,hal itu terbukti dengan adanya Tanjunganom pada saat itu sering di kunjungi oleh Bapak Bupati maupun Bapak sisten. hal itu berkembang setelah di proklamirkanya Kemerdekaan Indonesia oleh Bungkarno yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Itulah sekelumit tampuk pimpinan pemerintahan pada jaman Bapak Wirya sujana yang mana padepokanya sekarang masih seperti gambar di bawah ini.
- Ki Lurah S Marto Suwito ( 1973 – 1988 )
Pada jaman pemerintahan S Martosuwito beliau mulai merintis pembangunan Gedung – gedung sekolah yaitu sekolah Dasar Negeri I Tanjunganom, sekolah Inpres atau Sekolah Dasar Negeri II Tanjunganom, sekolah Dasar Negeri III Tanjunganom, renovasi Masjid Azakaria, yang di bangun pada pemerintahan mereka. Di sisi lain juga tergarapnya pembangunan jembatan BTW yang pada saat itu masih pakai kayu dan sangat sempit belum bisa untuk lewat kendaraan Roda Empat. Kemudian roda pemerintahan juga mulai agak stabil dan lancer hal itu sudah agak mengacu kepada aturan pemerintah yaitu memakai pola maksimal. Sebagaimana daftar perangkat Desa terlampir di bawah ini :
NO | NAMA | JABATAN |
1. | S. MARTOSUWITO | LURAH |
2. | MEJAWIKARTA | CARIK |
3. | MUDARTO | PULISI DESA |
4. | SUDARNO | PULISI DESA |
5. | MAHWARI | PULISI DESA |
6. | SUKARDI | BAU |
7. | KASTARUN | PULISI DESA |
8. | MINARTO | PULISI DESA |
9. | AMAD YAHYA | BAU |
10. | SAEDI | KEBAYAN |
11. | AMAD JUDI | PULISI DESA |
12. | KASANI | BAU |
13. | HADI ROHANI | PULISI DESA |
14. | AMAD MUHNI | LEBE |
15. | SUMARTA | LEBE |
Perjalanan roda pemerintahan pada jaman S.Martosuwito tidak luput hasil kerja sama dengan lembaga – lembaga yang ada di antaranya adalah LKMD yang bergerak dalam bidang Pembangunan bersama-sama dengan masyarakat untuk kemajuan pembangunan pedesaan. Lemabaga Masyarakat Desa ( L M D ) yang bekerjasama dengan Pemerintah Desa yang bergerak dalam bidang Pemerintahan yang bisa membawa selangkah lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya. Kemudian seiring jalnya roda pemerintahan selanjutnya munculah UU Nomor 5 tahun 1979 yang mana formasi tersebut mengatur tentang tata organisasi Pemerintahan Desa termasuk Perangkat Desa.
NO | NAMA | JABATAN LAMA | JABATAN BARU |
1. | S. MARTOSUWITO | LURAH | KEPALA DESA |
2. | WARTONO | CARIK | SEKRETARIS DESA |
3. | SUMO SUTRISNO | PULISI DESA | KAUR UMUM |
4. | MUDARTO | PULISI DESA | KAUR PEMERINTAHAN |
5. | AMAD JUDI | PULISI DESA | KAUR PEMBANGUNAN |
6. | SUKARDI | BAU | KADUS I |
7. | MUSTAFI | LEBE | KAUR KESRA |
8. | AMAD YAHYA | BAU | KAUR KEUANGAN |
9. | KASTARUN | PULISI DESA | KADUS II |
10. | MINARTO | PULISI DESA | KADUS III |
11. | SAEDI | KEBAYAN | KAUR UMUM |
12. | KASANI | BAU | KADUS IV |
13. | HADI ROHANI | PULISI DESA | KAUR PEMERINTAHAN |
14. | AMAD MUHNI | LEBE | KAUR KESRA |
15. | MARTAWIYATA | ULU-ULU | KAUR PEMBANGUNAN |
Dalam perjalanan roda pemerintahan tersebut berjalan dari tahun ke tahun sampai pada akhirnya ada beberapa perangkat yang meninggal dunia dan juga lanjut usia. Setelah tahun 1988 maka lurah Bapak S.Martosuwito terkena aturan Pemerintah atau yang di sebut sekarang adalah Perda yaitu karena usianya yang sudah lanjut, maka berhentilah beliau pada bulan oktober 1988. Setelah berhentinya Bapak S.Martosuwito maka terjadi kekosongan atau komplang,sebelum di adakan pemilihan Kepala Desa maka di isi oleh kartiker atau Pejabat sementara yang di ambilkan dari Kecamatan yaitu Bapak Sunaryo kasi Pembangunan Kecamatan Rakit yang menjabat sebagai PJ Kades. Kemudian selang 1 tahun maka di adakan pemilihan Kepala Desa yang di selenggarakan oleh sebuah panitia Pemilihan Kepala Desa atau PILKADES,pada saat itu terjaring ada 5 ( Lima ) kandidat calon Kepala Desa yaitu : Sismangil, Mahmud, Sukadi, dan Martawiyata. Setelah di adakan pilkades maka terpilihlah Bapak Sismangil sebagai Kepala Desa Tanjunganom Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara..
- Kepala Desa Sismangil ( 1989 – 1998 )
Puncak kejayaan masa orde baru pada saat kepemimpinan jendral Suharto sehingga sampai pada saat penerapan pemahaman politik dengan loyalitas tunggal. Pembangunan fisik semakin mendapat prioritas bantuan dari pemerintah atasan, seperti adanya ABRI Masuk Desa,dalam rangka kerjasama dengan masyarakat mengerjakan program padat karya untuk pengerasan jalan,Bandes ( Bantuan Desa) bantuan keuangan untuk membangun fasilitas umum pada setiap tahun anggaran, UED SP, Listrik masuk Desa dan lainlain. Pada berakhirnya masa orde baru berganti menjadi masa reformasi, hampir semua Kepala desa terkena imbasnya akibat penerapan politik loyalitas tunggal di masa itu sehingga hampir semua Kepala Desa membentuk sebuah komunitas politik loyalitas tunggal dengan berbagai macam cara yang penting bias mewujudkan keinginan pemerintah di atasnya. Akibat dari penerapan politik tersebut di atas sehingga terjadi demo besar-besaran hingga menelan korban,baik dari kalangan mahasiswa, masyarakat sipil maupun anak-anak. Demo terjadi di mana – mana di kalangan pemerintah pusat pemerintah Dati I, pemerintah Dati II maupun di tingkat Desa seperti di Desa Tanjunganompun tidak lupt dari Demo. Pada jaman kejayaan Pemerintahan Bapak Sismangil, terjadi pemberhentian perangkat Desa secara besar-besaran sehingga roda pemerintahan sendiri tidak bias berjalan dengan baik karena adanya gep dari para perangkat Desa yang terkena akibatnya. Roda pemerintahanpun pada saat itu berjalan acak-acakan tidak berjalan sesuai dengan aturan pemerintah,yang mestinya berjalan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979, tapi nyatanya sebagian administrasi masih di tekel oleh satu orang terutama administrasi Keuangan, Perubahan atau resafel Perangkat Desa pada Jaman Pimpinan Bapak Sismangil :
NO | NAMA PERDES LAMA | NAMA YANG BARU | JABATAN |
1. | Kastarun | Djapan Sudiryo | Kadus II |
2. | Mudarto | Marsono | Kaur Pemerintahan |
3. | Kasani | Suker | Kadus IV |
4. | sukardi | Mahidi | Kadus I |
5. | Amad Yahya | Priyanto | Kaur Keuangan |
6. | Martawiyata | Jarwono | Ulu-Ulu |
Martawiyata | Suwahyo | Ulu-ulu | |
7. | Saedi | Sutarman | Staf Kaur Umum |
Setelah perjalanan pemerintahan Bapak sismangil sekian lamanya yaitu selama 8 tahun, pada saat itu lagi ramai-ramainya revormasi sehingga Bapak sismangilpun ikut terkena revormasi yang ramai sekali sehingga pada tahun 1998 bapak sisamangil di berhentikan walapun masa jabanyapun juga sudah habis.
- Kepala Desa Rohidin Marta (1999 – 2007) dan (2007 – 2013).
Sebagai kepala Desa di masa peralihan orde baru ke masa Reformasi sehingga liku-liku jalanya roda Pemerintahan sangatlah rumit, maklum dimasa transisi ini semua orang ingin menyampaikan pendapat sehingga semua orang bicara tentang KKN ( Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ) Sehingga perjalanan roda pemerintahan adalah sangat berhati-hati karena takut akan adanya gejolak yang barang kali bisa timbul, yang akhirnya akan merepotkan kita semua. Setelah berjalan setengah perjalanan roda Pemerintahan mulai stabil antara Pemerintah dengan masyarakatnya sehingga bisa menjalankan tugas dengan baik aman dan terkendali. Susunan perangkat desa pada masa pemerintahan bapak Rohidin Marta adalah sebagai berikut :
NO | NAMA | JABATAN | KETERANGAN |
1. | Rohidin Marta | Kepala Desa | |
2. | Wartono | Sekretaris Desa | |
3. | Marsono | Kaur Pemerintahan | |
4. | Amad Judi | Kaur Perekonomian | |
5. | Priyanto | Kaur Keuangan | |
6. | Rosid | Kaur Umum | |
7. | Mustafi | Kaur Kesra | |
8. | Mahidi | Kadus I | |
9. | Djapan Sudiryo | Kadus II | |
10. | Bambang Priyanto | Kadus III | |
11. | Suker MR | Kadus IV | |
12. | Amad Muhni | Staf Kaur Kesra | |
13. | Suwahyo | Ulu-Ulu | |
14. | Chanan Sujarwo | Ulu-Ulu | |
15. | Hadi Rohani | Staf Pemerintahan |
Setelah kemelut reformasi pad tahun 1999 bapak Rohidin bisa membawa masyarakatnya kepada alam yang sebenarnya bahwa pada prinsipnya manusia hidup itu adalah sebuah keyakinan bahwa kita di ciptakan untuk hidup bersama dan saling menghormati sesame teman sesame manusia bahkan dengan mahluk-mahluk yang lain, karena kita di mata Alloh Swt adalah sama. Keberhasilanya adalah terbukti dengan adanya pembangunan baik itu fisik maupun non fisik, untuk pembangunan fisiknya adalah dengan adanya pengaspalan jalan poros desa serta jalan-jalan RT yang sekarang sudah bias di lalui kendaraan roda empat semua sampai ke batas desa. Belum lagi pembangunan fisik di bidang pendidikan antara lain gedung-gedung sekolah yang semuanya bias merehab dan di renovasi, hal itu adalah hasil kerjasama antara kepala desa dengan dinas pendidikan yang selalu koordinasi demi kemajuan pendidikan di desa Tanjunganom. Karena pendidikan adalah merupakan tolok ukur yang bias membawa masyarakatnya ke jenjang kemajuan mengikuti perkembangan jaman yang mana sekarang sudah memasuki era globalisasi, sehingga manusia di ciptakan untuk hidup mandiri dan bias menyumbangkan tenaga serta pikiranya demi kemajuan bangsa dan Negara. Pada masa ini bantuan pemerintah sudah sangat erat hubunganya dengan kemajuan desa hal ini di buktikan dengan adanya wakil-wakil rakyat yang mana bias membawa aspirasi masyarakat di antaranya adalah :
Bidang Pemerintahan :
Penyederhanaan formasi yang pada saat itu masih memakai formasi UU nomor 5 tahun 1979 sekarang di rubah menggunakan formasi UU nomo5 5 tahun 1999 dimana struktur organisasinya adalah secara otomatis berubah terutama dalam bidang kelembagaan. Untuk lembaga yang dulunya LMD sekarang di rubah menjadi BAPERDES dimana sepak terjang kerjanya adalah membantu pemerintahan Desa dan juga berhak mengawasi jalanya pemerintahan desa,sehingga apabila ada kekeliruan bagi para pejabat desa adalah yang berhak menegur bahkan mengajukan usulan untuk di kenai sanksi adalah dari Baperdes itu sendiri.
Struktur organisasi Pemerintahan Desa Tanjunganom
NO | NAMA | JABATAN |
1. | Rohidin Marta,AMK.S.Pd.MM | Kepala Desa |
2. | Wartono | Sekretaris Desa |
3. | Marsono | Kaur Pemerintahan |
4. | Wardiman | Kaur Pembangunan |
5. | Priyanto | kaur Keuangan |
6. | Rosid | Kaur Umum |
7. | Mustafi | Kaur Kesra |
8. | Mahidi | Kadus I |
9. | Karsono | Kadus II |
10. | Bambang priyanto | Kadus III |
11. | Suker MR | Kadus IV |
12. | Sujiarti | Staf Umum |
13. | Kasmino | Staf Kesra |
14. | Radiwan | staf Pembangunan |
15. | Sangaji | Staf Pembangunan |
Bidang Pembangunan :
a.Pengaspalan Jalan poros Desa Tanjunganom
b.Pengaspalan jalan kadus se desa Tanjunganom
c.Pembangunan Irigasi terseier di kadus I s/d IV
d.Rehab gedung SD Negeri II Tanjunganom
Bidang Kesra :
a.Pelatihan hasil pertanian
b.Rehab Masjid dan Mushola
c.Penyaluran Raskin
d.Penyaluran BLT
itulah sekelumit rupa bumi desa Tanjunganom jadi pada prinsipnya awal mulanya berdiri Desa tanjunganom adalah dengan adanya pertapan angkawijaya yang mana TANJUNGANOM adalah tempat senopati angkawijaya atau abimanyu yang akhirnya untuk nama Desa.
- Kepala Desa Suwahyo, S.Pd.SD (2013 – 2019).
Sebagai Kepala Desa dimasa peralihan adalah Pemerintah Desa harus selalu mengikuti regulasi peraturan pemerintah yang baru dengan adanya perubahan UU nomor 5 Tahun 1999 menjadi UU nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Keberhasilan yang dicapai pada masa itu adalah terbukti dengan adanya pembangunan fisik maupun non fisik, untuk pembangunan fisiknya adalah dengan adanya pengaspalan jalan poros desa serta jalan-jalan RT yang sekarang sudah bisa di lalui kendaraan roda empat semua sampai ke batas desa. Belum lagi pembangunan fisik di bidang pendidikan antara lain gedung-gedung PAUD yang dibangun dan di renovasi, hal itu adalah hasil kerjasama antara kepala desa dengan dinas pendidikan yang selalu koordinasi demi kemajuan pendidikan di desa Tanjunganom. Karena pendidikan adalah merupakan tolak ukur yang bisa membawa masyarakatnya ke jenjang kemajuan mengikuti perkembangan jaman yang mana sekarang sudah memasuki era globalisasi, sehingga manusia di ciptakan untuk hidup mandiri dan bisa menyumbangkan tenaga serta pikiranya demi kemajuan bangsa dan Negara. Pada masa ini bantuan pemerintah sudah sangat erat hubunganya dengan kemajuan desa hal ini di buktikan dengan adanya wakil-wakil rakyat yang mana bisa membawa aspirasi masyarakat di antaranya adalah :
Bidang Pemerintahan :
Penyederhanaan formasi yang pada saat itu masih memakai formasi UU nomor 5 tahun 1999 menjadi UU nomor 6 Tahun 2014 dimana struktur organisasinya adalah secara otomatis berubah terutama dalam bidang kelembagaan. Untuk lembaga yang dulunya BAPERDES sekarang di rubah menjadi BPD dimana sepak terjang kerjanya adalah sebagai mitra kerja pemerintah Desa. Untuk Pengelolaan Keuangannya juga sudah berbeda dengan yang dulu yaitu semua sudah serba digitalisasi dan online. Sehingga sangat mudah dalam pengawasan bagi pemerintah daerah maupun pusat. Susunan Perangkat Desa pada masa Kepala Desa Bpk. Suwahyo, S.Pd.SD adalah sebagai berikut:
NO | NAMA | JABATAN |
1. | Suwahyo, S.Pd.SD | Kepala Desa |
2. | Mahidi | Sekretaris Desa |
3. | Priyanto | Kaur Keuangan |
4. | Radiwan | Kaur Perencanaan |
5. | Sujiarti | Kaur TU dan Umum |
6. | Wardiman | Kasi Pemerintahan |
7. | Sangaji | Kasi Kesra |
8. | Kasmino | Kasi Pelayanan |
9. | Suharti | Kadus I |
10. | Karsono | Kadus II |
11. | Bambang Priyanto | Kadus III |
12. | Indra Nur Atria | Kadus IV |
Unduh Lampiran:
SEJARAH DESA